Laba bersih Vale Indonesia (INCO) melambung 207 persen secara kuartalan dan 45,09 persen secara tahunan pada kuartal I/2023.
Emiten tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) mencatatkan pertumbuhan laba bersih 207 persen secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ) pada kuartal I/2023 seiring dengan naiknya harga nikel dan produksi perseroan yang lebih tinggi.
Laba bersih tercatat US$98,1 juta setara Rp1,45 triliun (kurs tengah BI Rp14.882). Secara tahunan (year-on-year/YoY), laba bersih INCO pada kuartal I/2023 juga mengalami kenaikan sebesar 45,09 persen dibandingkan kuartal I/2022 yang sebesar US$67,64 juta.
CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy menerangkan produksi nikel dalam matte perseroan pada kuartal I/2023 adalah 21 persen lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu seiring dengan telah diselesaikannya pembangunan kembali Furnace 4 tahun lalu.
“Pada kuartal I/2023, harga nikel berada pada level yang menguntungkan dan mendorong INCO membukukan laba bersih yang kuat, sebesar US$98,1 juta [setara Rp1,45 triliun], meningkat 207 persen dibandingkan dengan laba bersih triwulan sebelumnya,” ungkapnya dalam keterangan, Rabu (26/4/2023).
Harga realisasi rata-rata grup juga 18 persen lebih tinggi dibandingkan dengan harga kuartal IV/2022, yang mendorong pendapatan 19 persen lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal IV/2022.
Lebih jauh, Vale juga diuntungkan dengan turunnya harga komoditas energi. Pada kuartal I/2023, pendapatan INCO tercatat US$363,18 juta setara Rp5,4 triliun naik 54,49 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$235,08 juta.
Beban pokok pendapatan grup naik 60,33 persen dari US$142,35 juta pada kuartal I/2022 menjadi US$228,2 juta pada kuartal I/2023. Jika dibandingkan dengan kuartal IV/2022 beban pokok Vale turun 9 persen. Selain kontribusi positif dari harga komoditas yang lebih rendah, penurunan biaya juga didorong oleh disiplin pengelolaan biaya dan upaya berkelanjutan dalam meningkatkan produktivitas pada proses bisnis.
Harga komoditas energi yang turun, seperti High Sulphur Fuel Oil (HSFO) dan batu bara membantu efisiensi INCO, perseroan juga melakukan peningkatan efisiensi operasional yang telah kami lakukan. Sejak September 2022, sebagai langkah antisipasi terhadap kenaikan harga batubara yang signifikan di tahun 2022, INCO tetap menggunakan HSFO sebagai sumber energi utama untuk burner pada kuartal I/2023. INCO membukukan EBITDA sebesar US$173,58 juta dan mengeluarkan sekitar US$58,2 juta setara Rp866,13 miliar untuk belanja modal pada kuartal I/2023.
Menyusul peletakan batu pertama untuk Proyek Morowali pada Februari 2023, Perseroan dan mitra terus melaksanakan pekerjaan di lapangan, baik di lokasi tambang maupun di pabrik pengolahan.
“Kami memperkirakan akan mengeluarkan sebesar US$132,2 juta setara Rp1,96 triliun untuk belanja modal keberlanjutan dan US$585 juta setara Rp8,7 triliun untuk proyek pertumbuhan [baik tambang maupun penyertaan modal] sepanjang tahun 2023,” urainya. Adapaun kas dan setara kas INCO pada 31 Maret 2023 adalah US$717,3 juta, naik 13 persen dibandingkan dengan kas dan setara kas pada 31 Desember 2022 sebesar US$634,0 juta.
“Perseroan juga akan terus mengoptimalkan produksi pada triwulan-triwulan selanjutnya di tahun ini dan pada saat yang bersamaan berupaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi biaya operasi tanpa mengorbankan nilai-nilai utama kami seperti keselamatan jiwa merupakan hal terpenting, menghargai kelestarian bumi dan komunitas kami,” kata Febriany.
Sumber market.bisniscom