“Kami memprediksi sektor banking dalam negeri dengan klasifikasi buku 4 masih akan stabil sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia yang tetap menahan suku bunga acuan agar sektor banking dalam negeri memiliki ketahanan yang baik dan likuiditas yang terjaga.”
Ike Widiawati, Head of Research Sinarmas Sekuritas
Jakarta, CNBC Indonesia – Daftar bank yang terancam kolaps pascakejatuhan Silicon Valley Bank terus bertambah. Terbaru, sebanyak 11 bank sepakat untuk menyetor dana senilai US$ 30 atau sekitar Rp 462 triliun (kurs Rp 15.400) ke First Republic Bank untuk menghindarkan bank tersebut dari kebangkrutan.
Kabar itu muncul setelah saham First Republic terpukul dalam beberapa hari terakhir, dipicu oleh ambruknya Silicon Valley Bank Jumat lalu dan Signature Bank pada akhir pekan lalu. Kedua bank tersebut memiliki jumlah simpanan yang tidak diasuransikan, seperti halnya First Republic, yang menyebabkan kekhawatiran bahwa para deposan akan menarik uang mereka.
Adapun, aksi 11 bank tersebut dimaksudkan sebagai tanda kepercayaan pada sistem perbankan. Bank of America, Wells Fargo, Citigroup, dan JPMorgan Chase masing-masing akan menyumbang sekitar US$ 5 miliar, sementara Goldman Sachs dan Morgan Stanley akan menyetor sekitar US$ 2,5 miliar. Truist, PNC, US Bancorp, State Street, dan Bank of New York Mellon masing-masing akan menyetor sekitar US$ 1 miliar.
“Tindakan oleh bank terbesar Amerika ini mencerminkan kepercayaan mereka pada First Republic dan bank dari semua ukuran, dan itu menunjukkan komitmen keseluruhan mereka untuk membantu bank melayani pelanggan dan komunitas mereka,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNBC International, Jumat (17/3/2023).
Menurut pengumuman dari First Republic Setoran tersebut wajib disimpan di bank setidaknya selama 120 hari. Ketua eksekutif First Republic Jim Herbert dan CEO Mike Roffler mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “kami ingin menyampaikan penghargaan kami yang mendalam” untuk 11 bank tersebut.
Bank telah mengatakan pada Minggu bahwa mereka memiliki lebih dari US$ 70 miliar dalam ketersediaan likuiditas, tidak termasuk dana tambahan yang mungkin dapat diperoleh dari Program Pendanaan Berjangka Bank Federal Reserve. Namun, hal tersebut belum cukup untuk meyakinkan para investor.
Pada Kamis, bank mengatakan bahwa mereka memiliki sekitar US$ 34 miliar dalam bentuk tunai per tanggal 15 Maret, belum termasuk deposito baru sebesar US$ 30 miliar.
Adapun, First Republic telah meminjam puluhan miliar dolar dari Federal Reserve dan Federal Home Loan Bank selama seminggu terakhir, tetapi arus keluar deposito harian sekarang. First Republic juga menangguhkan dividen saham biasa.
“Dukungan dari sekelompok bank besar ini sangat disambut baik, dan menunjukkan ketahanan sistem perbankan,” kata Federal Reserve, Departemen Keuangan, Federal Deposit Insurance Corporation dan Office of the Comptroller of the Currency mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama.
Dalam krisis keuangan yang hebat, beberapa bank yang kesulitan dibeli dengan harga murah oleh perusahaan besar dalam upaya membantu menenangkan sistem perbankan. Namun, kerugian yang belum terealisasi pada portofolio obligasi First Republic karena kenaikan suku bunga yang cepat tahun lalu telah membuat akuisisi menjadi tidak menari.
First Republic biasanya melayani klien dan perusahaan kelas atas, dan bisnisnya meliputi manajemen kekayaan dan pinjaman perumahan real estat. Perusahaan melaporkan lebih dari US$ 212 miliar aset pada akhir Desember dan menghasilkan lebih dari US$ 1,6 miliar laba bersih tahun lalu.