PT United Tractors Tbk. (UNTR) mengakuisisi saham Nickel Industries Limited (NIC) sebanyak 19,99 persen. Aksi itu menelan dana mencapai Rp9,3 triliun bila menggunakan asumsi kurs Rp9.867 per dolar Australia.
Manajemen UNTR menyampaikan transaksi tersebut telah rampung pada 21 September 2023. UNTR mengakuisisi saham NIC melalui entitas PT Danusa Tambang Nusantara (DTN). Adapun total nilai transaksi adalah sebesar AUD$942,7 juta setara dengan Rp9,3 triliun.
UNTR mengakuisi NIC karena portofolionya yang mentereng dalam industri tambang nikel. Perusahaa nikel itu memiliki aset utama yang berlokasi di dalam atau dekat dengan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi dan Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), Halmahera.
Selain itu, NIC memiliki 80 persen saham di PT Hengjaya Mineralindo yakni perusahaan tambang nikel yang merupakan salah satu pemasok terbesar bijih limonit dan saprolit high-grade ke IMIP. NIC memiliki saham mayoritas dan mengoperasikan dua belas lines Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF).
Dikutip dari Half Year 2023 Reports yang di disampaikan oleh NIC, sepanjang semester I/2023 perseroa telah memproduksi sebanyak 59.957 ton logam nikel yang terdiri dari 49.792 ton Nickel Pig Iron (NPI) dan 10.165 ton Nickel Matte dari fasilitas smelter yang dimiliki.
Unit usaha anyar itu juga telah menambang sebanyak 5,2 juta wet metric tons (wmt) bijih nikel yang terdiri dari 1,4 juta wmt bijih saprolit dan sebanyak 3,8 juta wmt bijih limonit dari tambang nikel Hengjaya.
“Aksi strategis Perseroan dalam pengambilan 19,99% kepemilikan saham di NIC merupakan salah satu langkah penting dalam diversifikasi dan ekspansi bisnis di industri mineral,” sebut manajemen.
UNTR juga memberi isyarat akan menambah tambang mineral lagi setelah mengakuisisi dua tambang nikel. Presiden Direktur United Tractors Frans Kesuma menjelaskan salah satu strategi diversifikasi UNTR saat ini adalah memperluas usaha ke tambang mineral, salah satunya nikel.
“Kami melakukan diversifikasi dalam rangka mengurangi keterkaitan dengan batu bara. Melihat kondisi yang ada, paling memungkinkan adalah nikel,” kata Frans.
Menurutnya, diversifikasi UNTR ke komoditas nikel merupakan diversifikasi jangka panjang. Frans juga mengisyaratkan UNTR tidak akan berhenti mengeksplor peluang diversifikasi yang ada.
“Ini bagian dari transisi energi. Kita tau nikel untuk jangka panjang. Kami tak akan berhenti di sini juga, tetap akan mencari yang lain,” ujar Frans.
Dia melanjutkan, diversifikasi UNTR akan mempertimbangkan berbagai macam mineral. Apabila tambang mineral tersebut tersedia dan sesuai dengan kriteria UNTR, maka UNTR akan menindaklanjuti diversifikasi tersebut.
Sementara itu, Corporate Secretary UNTR Sara K. Loebis mengatakan UNTR mengupayakan terdapat kontribusi 50 persen dari bisnis yang berasal dari non-batu bara pada 2030.
“Di dalamnya yang porsinya agak besar itu tambang mineral, emas, nikel. Lalu sisanya apakah kami punya renewable energy power plant, itu yang kami bidik 2030,” tuturnya.
Sebagaimana diketahui, UNTR tercatat telah melakukan conditional sales purchae agreement (CSPA) untuk mengakuisisi tambang nikel Stargate yang terletak di Sulawesi Tenggara.
Selain Stargate, UNTR juga melakukan akuisisi 19,99 persen saham Nickel Industries Limited senilai 943 juta dolar Australia tahun ini.