Bisnis.com – (TPIA) menderita kerugian Rp2,33 triliun sepanjang 2022 imbas harga bahan baku yang meroket tajam.
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) merugi US$149,53 juta atau setara Rp2,33 triliun (kurs Rp15.592) disebabkan harga bahan baku petrokimia, naphtha meroket seiring dengan kenaikan harga minyak dunia. Direktur Chandra Asri Suryadi menjelaskan kerugian yang dialami TPIA sepanjang 2022 disebabkan oleh margin petrokimia yang menipis, di mana harga minyak bumi melambung yang berimbas pada mahalnya naphtha.
“Selain itu tidak seimbang antara supply dan demand petrokimia yang disebabkan oleh pengetatat kebijakan China menjadikan demand menurun secara global,” jelas Suryadi, Jumat (14/4/2023).
Sebelumnya dalam laporan keuangan 2022, TPIA membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$149,53 juta pada 2022 atau sekitar Rp2,33 triliun (kurs JISDOR Bank Indonesia 30 Desember 2022 Rp15.592). Posisi bottom line itu kontras dengan performa pada 2021 ketika Chandra Asri membukukan laba bersih sebesar US$151,98 juta. TPIA membukukan pendapatan bersih sebesar US$2,38 miliar pada 2022, turun 7,6 persen dibandingkan dengan 2021 yang mencapai US$2,58 miliar. Manajemen menjelaskan penurunan pendapatan dipengaruhi oleh gangguan pasokan dan permintaan eksternal yang menyebabkan volume penjualan terkoreksi secara keseluruhan pada 2022. Meski demikian, Suryadi mengklaim TPIA sudah mencatatkan kinerja positif di kuartal I/2023.
“Tunggu laporan keuangan kuartal I/2023, kita sudah positif,” klaim Suryadi.
Sementara itu, TPIA melakukan beberapa ekspansi seperti membangun pabrik chlor-alkali berskala dunia dengan Indonesia Investment Authority (INA) bekerja sama mengembangkan pabrik chlor-alkali berskala dunia di Indonesia. TPIA dan INA telah menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) untuk mengembangkan pabrik chlor-alkali. INA dan calon investor internasional lainnya akan menjajaki rencana pembelian saham PT Chandra Asri Alkali (CAA), anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh TPIA.
Suryadi belum dapat merincikan terkait rencana tersebut karena masih dalam taham MoU dan penjajakan oleh INA. “Final Investment Decision tahun ini, konstruksinya kuartal I atau kuartal II dan pembangunan selama 3 tahun,” katanya.
Selain itu, pembangunan Chandra Asri Perkasa (CAP2) yang tertunda selama dua tahun karena pandemi, politik dan prospek industri petrokimia akan mulai ditinjau dalam 6 bulan hingga akhir tahun.
“Kita akan hitung ulang kebutuhan investasi untuk CAP2,” imbuhnya.
TPIA membukukan kerugian Rp2,33 triliun sepanjang 2022 imbas harga bahan baku yang meroket tajam.
Di tahun 2023, OPEC+ melakukan pemangkasan produksi minyak mentah. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar harga minyak tetap tinggi, jika ini terus berlangsung maka memberikan dampak negatif ke kinerja TPIA di tahun ini. TPIA dapat melakukan diversifikasi bisnis untuk mengurangi risiko ini.
Ike Widiawati – Head of research SInarmas Sekuritas