MEDC bukukan kenaikan penjualan namun laba bersih malah merosot 8.8%

SimInsight: MEDC mengalami penurunan laba bersih, dipicu turunnya harga jual minyak dan gas. Kondisi harga komoditas energi global yang masih melandai serta permintaan yang rendah menyebabkan average selling cost MEDC ikut melandai.Namun, jika dilihat secara keseluruhan, kinerja MEDC di kuartal 1-2023 meski turun 8%, angka ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan kuartal 1 pada tahun 2021 ataupun 2020.

– Ike Widiawati, Head of Research Sinarmas Sekuritas.

PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) hingga kuartal I-2023 mencatatkan laba bersih senilai USD82,055 juta atau merosot 8,8 persen dibanding periode sama tahun 2022 yang masih mencapai laba USD90,039 juta. Laporan keuangan kuartal I 2023 MEDC yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (23/5) disebutkan penurunan laba tersebut lantaran beban pokok pendapatan dan biaya langsung lainnya membengkak  28,9 persen menjadi USD325,68 juta. Roberto Lorato, CEO Medco Energi mengatakan, realisasi laba bersih dan EBITDA mencerminkan produksi yang lebih tinggi dibandingkan kuartal I-2022, mengimbangi realisasi harga minyak yang lebih rendah dibanding 2022.

Adapun harga rata-rata minyak untuk kuartal I-2023 sebesar US$ 77,1 per barel dengan harga penjualan rata-rata gas adalah US$ 7,4 per mmbtu. Sebagai perbandingan, harga minyak rata-rata pada kuartal pertama tahun lalu sebesar US$ 100 per barel dengan dan harga penjualan rata-rata gas adalah US$ 7,7 per mmbtu. “Kami telah membuat awal yang baik di tahun 2023, dengan hasil operasional yang kuat, didukung oleh peningkatan permintaan energi regional yang mengarah pada  Perjanjian Jual Beli Gas   (PJBG) dan keputusan investasi baru. Fokus kami yang berkelanjutan pada efisiensi biaya telah menghasilkan biaya unit Minyak & Gas yang sangat baik,” kata Lorato dalam siaran pers, Selasa (23/5).

Adapun produksi minyak dan gas MEDC di kuartal pertama 2023 sebesar 165 mboepd naik 30% secara tahunan. Sementara panduan produksi untuk 2023 telah ditetapkan sebesar 160 mboepd. Adapun belanja modal pada kuartal pertama mencapai US$ 58 juta, sebagian besar digunakan untuk menyelesaikan pengembangan gas di Natuna, pengembangan Minyak & Gas baru di Corridor dan IPP Geotermal Ijen.

Selain itu, beban pokok penjualan tenaga listrik dan jasa terkait lainnya naik hingga 625 persen menjadi USD87,52 juta. Padahal total pendapatan tumbuh 18,47 persen dibanding kuartal I 2022 menjadi USD558,09 juta yakni dari  penjualan minyak dan gas meningkat 1,8 persen menjadi USD444,4 juta. Bahkan, pendapatan konstruksi melonjak 912 persen menjadi USD81,824 juta dan penjualan listrik terkerek 86,1 persen menjadi USD12,149 juta. Sementara itu, total kewajiban berkurang 3,8 persen dibanding akhir tahun 2022 menjadi USD4,982 miliar. Sedangkan jumlah ekuitas bertambah dibanding kuartal IV 2022 menjadi USD1,851 miliar.