Kejar pertumbuhan penjualan, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) menggenjot pasar ekspor dengan resmi mengekspor 45.000 butir telur tetas atau hatching egg indukan ayam broiler ke Brunei Darussalam. Total ekspor diperkirakan mencapai 130.000 butir selama Oktober 2023.
Direktur Japfa Comfeed, Harwanto dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin menyampaikan, pengiriman telur tetas tersebut bukanlah yang pertama kali karena perseroan sebelumnya telah mengekspor telur tetas ke Myanmar. Hal ini dinilai menjadi bukti bahwa produk perunggasan JPFA diminati pasar mancanegara. “Selain itu, ekspor yang kami lakukan ini merupakan salah satu upaya dalam mendukung pemerintah dan industri perunggasan Indonesia untuk menjaga keseimbangan populasi ayam broiler di dalam negeri,” ujarnya.
Populasi ayam pedaging disebut mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir, disusul dengan tingkat konsumsi masyarakat terhadap daging ayam yang juga mulai meningkat. Kendati demikian, angka konsumsi masyarakat Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan ketersediaan ayam yang terus mengalami surplus setiap tahun.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah guna menjaga keseimbangan pasokan ayam pedaging, seperti diberlakukannya pengaturan dan pengendalian produksi Day Old Chick Final Stock melalui cutting hatching egg, afkir dini parent stock, termasuk ekspor ke negara lain.
Oleh karena itu, Harwanto menuturkan JPFA terus berupaya melebarkan sayapnya ke negara asia lain agar sejalan dengan program pemerintah untuk mempercepat laju ekspor nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor komoditas peternakan dan kesehatan hewan pada Januari-Juli 2023 mencapai US$790,7 juta atau setara Rp11,4 triliun.
Adapun pertumbuhan nilai ekspor naik 9,26% dan volume meningkat 17,28% YoY. “Berikutnya, kami akan mengirimkan telur tetas ke Malaysia. Kami berharap negosiasi government to government antara kedua negara dapat berjalan dengan baik agar ke depannya kolaborasi ini dapat berjalan secara berkelanjutan,” pungkasnya.
Perseroan juga terus memastikan praktik peternakan secara bertanggung jawab dan mematuhi regulasi dalam proses produksi. Standar kelayakan ekspor dibuktikan dengan sejumlah sertifikasi, baik lokal maupun internasional. Semisal, sertifikat kompartemen bebas Avian Influenza (AI), sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV), sertifikat produk halal, dan penerapan issue management mutu ISO 2200, Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), serta Food Safety System Certification (FSSC) 22000.
Sebagai informasi, perseroan berpotensi menghasilkan kinerja yang lebih baik pada semester kedua 2023 dibanding paruh pertama tahun ini. Analis Sinarmas Sekuritas Michael Filbery memprediksi, kinerja JPFA pada kuartal ketiga dan keempat akan sejalan dengan kinerja kuartal II-2023 yang sudah membukukan laba bersih sehingga menutupi rugi bersih pada kuartal I-2023.
Menurut Michael, perbaikan kinerja JPFA didukung oleh harga ayam broiler yang tetap tinggi melampaui breakeven point. Hal ini didukung oleh adanya pengurangan suplai Day Old Chicken Final Stock (DOC FS) pada culling keempat tahun ini, yakni sebanyak 10,1 juta DOC FS per minggu dalam tujuh minggu.
Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan culling kedua yang pengurangannya hanya sebanyak 9,6 juta DOC FS per minggu dalam tujuh minggu dan culling ketiga yang sebanyak 3,3 juta DOC FS per minggu dalam tiga minggu. Kemudian, dari segmen pakan ternak (feed), Michael memperkirakan margin JPFA sudah lebih stabil. Pasalnya, di tengah harga jagung domestik yang masih tinggi, JPFA telah mengamankan bahan mentah yang lebih murah pada awal kuartal III-2023.
Sumber: Emiten News