PT PP Presisi Tbk (PPRE) menargetkan kontrak kerja baru senilai Rp8 triliun, atau turun 3,1 persen dibanding target tahun 2023 yang dicanangkan sebesar Rp8,26 triliun.
Sedangkan sepanjang Sembilan bulan 2023 baru mencapai Rp4,96 triliun atau naik 69 persen dari perolehan kontrak kerja tahun 2022.
Menurut Direktur Utama PPRE, I Gede Upeksa Negara mengatakan, kontrak kerja baru tahun 2024 akan ditopang dari jasa pertambangan dengan porsi 62,5 persen atau Rp5,2 triliun.
Peningkatkan nilai kontrak kerja baru dari sektor pertambangan nikel sebagai salah satu bentuk mitigasi dalam menghadapi tahun politik.
“Dengan beralih ke sektor tambang, otomatis tidak terpengaruh oleh tahun politik. Karena smelter sudah dibangun di Indonesia yang butuh ore dan kita adalah kontraktor produksi ore,” jelas Gede dalam paparan publik secara daring, Rabu (20/12/2023).
Ia melanjutkan dengan perolehan kontrak kerja baru sebesar Rp8 triliun itu maka akan menambah penjualan sebesar Rp1,5 triliun.
Sedangkan nilai penjualan yang berasal dari proyek lanjutan tahun 2023 sebesar Rp4,3 triliun. “Jadi target penjualan tahun 2024 dari total kontrak kerja 2023 dan 2024 diperkirakan mencapai Rp5,9 triliun,” kata dia.
Lebih lanjut dia mengatakan, perseroan membutuhkan anggara belanja modal Rp920 miliar yang akan digunakan sebagian besar untuk menopang target di sektor pertambangan.
“Misalnya, kami investasi pada alat alat tambang sebesar Rp800 miliar, sisa untuk pekerjaan umum sebesar Rp85 miliar, dan sisanya untuk sistem IT sebagai pendukung keamanan kerja,” jelas dia.
Gede menjelaskan, perseroan akan menerbitkan obligasi senilai Rp800 miliar bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) yang telah efektif sejak 2022 guna menutupi kebutuhan belanja modal 2024.
“Sisanya berasal dari penjualan 2024 yang ditargetkan Rp5,9 triliun, sehingga akan menghasilkan arus kas masuk Rp3,8 triliun – Rp4 triliun. Ini juga bisa jadi sumber belanja modal kita tahun 2024,” jelas Gede.
Sumber: Emiten News