Demi perkuat posisi keuangan, Charoen Pokphand (CPIN) Tidak Membagikan Dividen

SimInsight: Keputusan yang diambil CPIN untuk tidak membagikan dividen merupakan kebijakan yang cukup bijaksana mengingat masih banyak tantangan yang harus dihadapi oleh industri poultry saat ini. Ditambah era suku bunga yang masih cukup tinggi, cost of financing juga meningkat, sehingga memperkuat posisi modal jauh lebih penting untuk kondisi saat ini demi keberlangsungan bisnis.

– Ike Widiawati, Head of Research Sinarmas Sekuritas.

Hi Bestie, ada informasi terbaru nih tentang PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk(CPIN)!

Emiten bisnis perunggasan dan pakan ternak, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) memutuskan tidak membagikan dividen dari perolehan laba tahun buku 2022. Hal ini disepakati para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan, Senin (22/5). “Kami melihat ke depan membutuhkan keuangan yang lebih kuat lagi untuk dapat memberikan manfaat lebih bagi para pemegang saham sehingga kami memutuskan untuk tidak membagikan dividen untuk tahun ini,” kata Direktur Utama Charoen Pokphand Indonesia Tjiu Thomas Effendy dalam Public Expose CPIN, Senin (21/5). Adapun perolehan laba pada 2022, seluruhnya akan digunakan untuk ditetapkan sebagai dana cadangan. Lantaran CPIN melihat situasi kinerja di kuartal I-2023 bahwa industri perunggasan kurang preferable.

Sebagai informasi, CPIN sebelumnya tidak pernah absen untuk membagikan dividen dalam 5 tahun terakhir. Pada RUPS Tahunan 2022 yang membahas penggunaan laba bersih tahun buku 2021, CPIN membagikan dividen sebesar Rp 1,77 triliun atau Rp 108 per saham. Adapun, dividen terbesar dalam lima tahun terakhir dibayarkan CPIN pada 18 Juni 2019 untuk tahun buku 2018. Saat itu, dividen sebesar Rp 1,93 triliun atau Rp 118 per saham setara dengan dividend payout ratio (DPR) sebesar 42,44%.

Berdasarkan laporan keuangan, CPIN mencatatkan penjualan sebesar Rp 56,86 triliun di 2022 atau naik 9,99% dibandingkan dengan tahun 2021 sebesar Rp 51,69 triliun. Adapun, penjualan didorong segmen penjualan ayam pedaging sebesar Rp 31,96 triliun, atau naik 18,82% jika dibandingkan dengan tahun 2021 sebesar Rp 26,90 triliun. Sementara, segmen pakan ternak turun 4,46% menjadi sebesar Rp 13,62 triliun pada 2022. Sedangkan segmen anak ayam usia sehari (day old chicken/DOC) turun 31,03% menjadi Rp 1,47 triliun. Sedangkan, penjualan ayam olahan naik 20,57% menjadi Rp 8,36 triliun dari tahun 2021 sebesar Rp 6,93 triliun.

Namun, kenaikan penjualan CPIN diiringi dengan meningkatnya beban pokok penjualan menjadi sebesar Rp 48,72 triliun pada 2022 dibandingkan dengan tahun 2021 sebesar Rp 43,55 triliun. Kenaikan didorong oleh pos bahan baku mencatatkan kenaikan sebesar 12,34% menjadi Rp 41,21 triliun dibandingkan dengan 2021 sebesar Rp 36,68 triliun. Disisi lain, kenaikan beban pokok penjualan yang lebih tinggi dari kenaikan penjualan membuat laba kotor CPIN naik 0,06% menjadi Rp 8,14 triliun, sedangkan pada 2021 sebesar Rp 8,13 triliun. Sementara, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 19,03% menjadi Rp 2,94 triliun pada 2022 dari tahun sebelumnya sebesar Rp 3,63 triliun.