“Bank Sentral Swiss Siap Suntik Bantuan Likuiditas untuk Credit Suisse Regulator finansial Swiss FINMA dan Swiss National Bank (SNB) akan memberikan bantuan likuiditas terhadap Credit Suisse guna meredakan kekhawatiran investor.”
Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral Swiss mengatakan akan memberikan bantuan likuiditas kepada Credit Suisse Group AG setelah sahamnya anjlok hingga 30 persen ke level terendah sepanjang masa pada Rabu (15/3/2023). Dilansir dari Reuters, dalam sebuah pernyataan bersama, regulator keuangan Swiss FINMA dan Swiss National Bank (SNB) mengatakan bahwa Credit Suisse dapat mengakses likuiditas dari bank sentral jika diperlukan. “Credit Suisse memenuhi persyaratan modal dan likuiditas yang dibebankan kepada bank-bank yang secara sistemik penting,” demikian menurut pernyataan FINMA dan SNB, dikutip Kamis (16/3/2023). Pernyataan tersebut diungkapkan guna meredakan kekhawatiran para investor mengenai Credit Suisse akibat bangkrutnya Silicon Valley Bank pekan lalu.
Hal ini dilakukan setelah adanya tekanan terhadap pemerintah Swiss untuk bertindak., Credit Suisse mengatakan bahwa mereka menyambut baik pernyataan dukungan dari SNB dan FINMA. Credit Suisse akan menjadi bank global besar pertama yang mendapatkan bantuan dana talangan sejak krisis keuangan 2008, meskipun bank-bank sentral telah memberikan likuiditas secara umum kepada bank-bank selama masa-masa tekanan pasar termasuk pandemi Covid-19.
Bangkrutnya SVB, diikuti oleh Signature Bank dua hari kemudian, membuat saham-saham bank global berfluktuasi pekan ini. Para investor mengabaikan jaminan dari Presiden AS Joe Biden dan langkah-langkah darurat yang memberikan akses ke lebih banyak pendanaan kepada bank-bank. Pada hari Rabu, fokus telah bergeser dari AS ke Eropa, di mana Credit Suisse memimpin penurunan saham bank setelah investor terbesarnya mengatakan bahwa mereka tidak dapat memberikan lebih banyak bantuan keuangan karena kendala peraturan.
Melansir dari Bloomberg, Saudi National Bank, yang menjadi pemegang saham terbesar Credit Suisse hingga akhir tahun lalu, dikabarkan tidak akan meningkatkan sahamnya melebihi level saat ini yakni 10 persen. “Jawabannya sama sekali tidak, karena banyak alasan di luar alasan yang paling sederhana, yaitu regulasi dan undang-undang,” kata Chairman Saudi National Bank Ammar Al Khudairy dalam wawancara dengan Bloomberg TV, Rabu (15/3).
Berharap untuk memadamkan kekhawatiran, FINMA dan SNB mengatakan bahwa tidak ada indikasi risiko dampak langsung bagi institusi-institusi Swiss dari gejolak pasar perbankan AS. Sebelumnya, saham Credit Suisse menyeret indeks perbankan Eropa yang melemah hingga 7 persen, sementara credit default swap (CDS) lima tahun untuk bank unggulan Swiss ini mencapai rekor tertinggi baru. Keluarnya para investor dari bank ini memicu kekhawatiran akan ancaman yang lebih luas terhadap sistem finansial Eropa.
Dua sumber pengawas mengatakan kepada Reuters bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) telah menghubungi bank-bank yang diawasinya untuk menanyai mereka mengenai eksposur mereka terhadap Credit Suisse. Namun, salah satu sumber mengatakan bahwa mereka melihat masalah Credit Suisse sebagai masalah khusus untuk bank tersebut, dan bukan masalah sistemik. “(Keruntuhan) SVB adalah masalah khusus perusahaan dan AS, tetapi sekarang pasar telah terbangun kembali terhadap risiko-risiko bank global – mulai dari tingkat suku bunga/durasi hingga risiko likuiditas dan kredit – dan bank-bank Eropa dilanda krisis kepercayaan,” ujar ekonom senior TS Lombard Davide Oneglia.