TINS laba bersih pada kuartal pertama 2023 anjlok 91,6% dibanding periode yang sama tahun 2022. Penurunan ini dikarenakan rendahnya penjualan tin chemical, logam timah dan batubara dengan penurunan masing-masing hampir 50% serta adanya volatilitas harga komoditas. Hal ini memberikan sentimen negatif ke saham TINS.
Ike Widiawati, Head of Research Sinarmas Sekuritas
Hi Bestie, ada informasi terbaru nih tentang PT Timah, Tbk (TINS)!
PT Timah, Tbk (TINS) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 50,278 miliar dalam tiga bulan pertama tahun 2023, atau anjlok 91,6% dibanding periode yang sama tahun 2022 yang terbilang Rp 601,46 miliar. Kinerja operasi anggota Holding BUMN Industri Pertambangan atau MIND, PT Timah Tbk (TINS) mengalami tekanan pada kuartal I-2023 akibat volatilitas harga komoditas yang cenderung menurun.
Total pendapatan turun 50,5% menjadi Rp 2,171 triliun. Turunnya pendapatan dikarenakan penjualan logam timah amblas 51,7% yang tersisa Rp 1,732 triliun, penjualan tin chemical melorot 62,7% yang tersisa Rp 176,43 miliar. Lalu penjualan batu bara menukik 46,9% menjadi Rp 78,955 miliar. Demikian juga dengan penjualan tin solder menyusut 29,4% menjadi Rp79,596 miliar.
TINS melaporkan produksi bijih timah mengalami penurunan sebesar 8% menjadi 4.139 ton dibandingkan periode kuartal I-2022 sebesar 4.508 ton.
Demikian pula dengan produksi logam yang merosot 18% menjadi 3.970 ton daripada tahun 2022 sebanyak 4.820 ton, dan penjualan logam timah tergerus 26% menjadi 4.246 ton ketimbang tahun sebelumnya 5.703 ton.
Selama tiga bulan pertama itu, TINS tercatat telah mengekspor sebanyak 93% timah ke enam negara tujuan ekspor terbesar yakni Korea Selatan 17%; Belanda 14%; Jepang 13%; Taiwan 9%; Amerika Serikat 8% dan Italia 7%.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk Fina Eliani menjelaskan, fluktuasi harga komoditas yang bergerak volatil pada kuartal I-2023 dan cuaca yang kurang mendukung operasi penambangan di laut telah berimbas pada kinerja perseroan di triwulan pertama tahun ini.
Disamping itu, beban pokok pendapatan dapat ditekan sedalam 41,9% menjadi Rp 1,907 triliun. Namun, laba kotor tetap mengalami penurunan 76,2% menjadi Rp 263,38 miliar. Sementara itu, total kewajiban berkurang 3,6% dibanding akhir tahun 2022 menjadi Rp 5,805 triliun.Penurunan kinerja TINS secara overall ini diakibatkan rendahnya penjualan tin chemical, logam timah dan batubara dengan penurunan masing-masing hampir 50% serta adanya volatilitas harga komoditas diakibatkan rmemberikan tekanan negatif ke saham TINS sehingga menurut Head of Research Sinarmas Sekuritas, Ike Widiawati, saham TINS belum layak dikoleksi nih, catat ya bestie!