Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau longsor di sesi awal perdagangan jelang akhir pekan Jumat (24/3/2023) melanjutkan perlemahan tujuh hari beruntun.
Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan terkoreksi 1,06% ke MYR 3.531 per ton pada pukul 09:00WIB.
Posisi ini masih mencatatkan level terendahnya sejak 25 Januari 2023 atau tepatnya posisi terlemahnya dalam 7 pekan terakhir.
Pada perdagangan awal pekan Kamis (23/3/2023) harga CPO ditutup ambles 2,59% ke posisi MYR 3.569 per ton. Dengan ini, dalam sepekan harga CPO masih melemah 8,95% secara point-to-point/ptp. Sementara, dalam sebulan turun 13,83% dan melemah 14,49% secara tahunan.
Harga CPO (MYR/Ton)
Tertekannya harga CPO mengikuti kerugian pada minyak nabati lainnya. Ini karena investor mempertimbangkan sikap Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang masih hawkish.
Untuk diketahui bahwa harganya sempat melesat di posisi MYR 4.325 per ton pada 3 Maret 2023 lalu. Namun sayangnya harganya terpangkas jauh hingga hari ini dan sudah turun di level psikologis 3.500-an.
Harga CPO cenderung mengikuti pergerakan minyak nabati lainnya. Namun cenderung berlawanan dengan harga minyak mentah dunia yang terpantau melesat meski The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya.
Harga minyak mentah dunia turun setelah laporan industri menunjukkan persediaan minyak mentah AS naik tak terduga minggu lalu, menunjukkan bahwa permintaan bahan bakar mungkin melemah, membuat kelapa sawit menjadi pilihan yang kurang menarik untuk bahan baku biodiesel.
“Pasar mencerminkan penurunan tajam minyak kedelai semalam, tetapi minat beli muncul setelah kontrak menyentuh level terendah hari itu di MYR 3.597,” kata seorang pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur dikutip dari Reuters.
Kontrak soyoil teraktif Dalian DBYcv1 turun 1,9%, sementara kontrak minyak sawit DCPcv1 turun 3,2%. Harga Soyoil di Chicago Board of Trade BOcv1 turun 0,9%.
Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.
Fed yang juga masih cenderung hawkish membuat harga minyak sawit kembali merana hari ini. Seperti diketahui, The Fed memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bp.
Bos The Fed, Jerome Powell mengatakan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mempertimbangkan untuk menahan kenaikan suku bunga karena adanya krisis perbankan. Namun, rapat tetap memutuskan kenaikan karena inflasi masih kencang dan pasar tenaga kerja masih panas.
Di sisi lain, Berdasarkan surat edaran di situs Dewan Minyak Sawit Malaysia pada Kamis (23/3/2023) Malaysia telah mempertahankan pajak ekspor periode April untuk minyak sawit mentah sebesar 8% dan menaikkan harga rujukannya.
Eksportir kelapa sawit terbesar kedua di dunia menghitung harga acuan MYR 4.031,45 (US$ 914,16) per ton untuk bulan April. Harga referensi bulan Maret adalah MYR 3710,35 per ton.
Struktur pajak ekspor mulai dari 3% untuk minyak sawit mentah dalam kisaran MYR 2.250 hingga MYR 2.400 per ton. Tarif pajak maksimum ditetapkan sebesar 8% ketika harga melebihi MYR 3.450 per ton.
Sementara itu menurut analis teknikal Reuters, Wang Tao mengatakan minyak kelapa sawit dapat menguji support di 3.494/3420 ringgit per ton, penembusan di bawahnya dapat membuka jalan menuju kisaran 3.569/3.615 ringgit.
Penurunan harga CPO memberikan sentimen negatif terhadap pergerakan emiten di sektor plantation seperti AALI, LSIP, SSMS, SIMP
Ike Widiawati – Head Of Research Sinarmas Sekuritas