Presiden Prabowo Subianto menyetujui rencana Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa menarik Rp200T dari kas pemerintah yang mengendap di BI (dari total Rp425T) untuk disalurkan ke Bank Himbara.
Dana ini nantinya akan ditempatkan fokus ke kredit sektor riil bukan untuk beli SBN.
“Tujuannya supaya bank punya duit, banyak cash tiba-tiba. Dan dia (bank) gak bisa naruh di tempat lain selain dikreditkan. Jadi, kita memaksa market mechanism berjalan” – Menkeu Purbaya
📝 Latar Belakang Kebijakan
Penyaluran Kredit tumbuh lebih cepat dibanding tabungan (DPK) → hal ini membuat likuiditas bank cukup ketat (LDR naik).
- Kredit perbankan (Juni 2025) → Rp8,060 triliun, tumbuh 7.77% YoY
- DPK nasional → Rp9,329 triliun, tumbuh 6.96% YoY
- LDR naik ke 86.4% → mendekati batas atas ideal OJK (78–92%)
👉 Artinya, bank masih punya ruang ekspansi, tapi likuiditas makin terbatas karena pertumbuhan DPK tertinggal.
Padahal BI sudah turunkan bunga acuan untuk dorong kredit, namun tanpa tambahan dana, ekspansi berisiko tersendat.
Dengan masuknya Rp200T ini, bank Himbara dapat “amunisi segar” sehingga likuiditas lebih longgar dan ruang ekspansi kredit lebih luas.
📉Emiten Bank Himbara turut mencatat penguatan sebagai respons postif terhadap kebijakan ini.
- BBRI: +5.15%
- BMRI: +2.73%
- BBNI: +6.10%
- BBTN: +6.67%
- per penutupan 11 Sept 2025 Sesi 1
💡 Insight: Kebijakan fiskal (Rp200T) & moneter (rate cut) saling melengkapi untuk menjaga likuiditas & dorong kredit sehingga memiliki dampak postif terhadap sektor perbankan khususnya Himbara. Namun sustainability bergantung pada kualitas kredit yang disalurkan, kontrol NPL dan keberlanjutan penempatan dana pemerintah.
📢SimInvest hadir di Channel WhatsApp
➡️ https://whatsapp.com/channel/0029VagjYwg5q08bYO9VEf1Q
IG: @sim_invest | @sinarmas_sekuritas
Disclaimer on: this document is intended for information purposes only
More Info: Siminvest Instagram // Siminvest WhatsApp Channel
Copyright by ©️Sinarmas
Disclaimer on: this document is intended for information purposes only