Key Takeaways
- Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga BI-Rate sebesar 6.00%, Deposit Facility sebesar 5.25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6.75%
- Kredit perbankan pada tahun 2023 juga mencatat pertumbuhan yang baik sebesar 10.38% YoY yang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
- Bank Indonesia juga memastikan bahwa ketahanan sektor perbankan dalam negeri tetap kuat dikarenakan rasio kecukupan modal yang tinggi serta rasio kredit bermasalah perbankan yang rendah.
Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) perdana tahun 2024 yang diadakan pada tanggal 16-17 Januari 2024, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5.25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6.75%. Keputusan tersebut diambil berdasarkan untuk memfokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah serta langkah yang pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2.5±1% pada 2024. Selain itu, Bank Indonesia juga memastikan bahwa kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran yang pro-growth tetap di mempertahankan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Bank Indonesia juga menyampaikan bahwa kredit sektor perbankan pada tahun 2023 juga mencatat pertumbuhan yang baik sebesar 10.38% YoY dan angka tersebut berada dalam kisaran atas prakiraan Bank Indonesia sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Dari sisi permintaan, peningkatan kredit tersebut sejalan dengan kinerja positif korporasi dan rumah tangga. Dari sisi penawaran, peningkatan kredit didorong oleh risk appetite perbankan dan kapasitas likuiditas perbankan yang terjaga baik. Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit terutama ditopang oleh kredit investasi dan kredit modal kerja, masing-masing sebesar 12.26% dan 10.05% YoY. Sementara secara sektoral, pertumbuhan kredit terutama ditopang oleh kinerja sektor Pengangkutan, Jasa Sosial, Perdagangan, dan Listrik, Gas, Air.
Bank Indonesia juga memastikan bahwa ketahanan sektor perbankan dalam negeri tetap kuat dimana rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) tercatat pada level yang tinggi sebesar 27.86% pada periode November 2023. Sementara itu, rasio kredit bermasalah perbankan atau Non-Performing Loan (NPL) tercatat rendah, sebesar 2.19% (bruto) dan 0.75% (neto). Secara keseluruhan, ketahanan perbankan yang kuat tersebut didukung oleh kemampuan bayar korporasi dan rumah tangga yang tetap baik, sejalan dengan kinerja korporasi dan ekspektasi penghasilan rumah tangga yang terus membaik.
Our View
Ekonomi global diprakirakan tumbuh sebesar 3.0% pada tahun 2023 dan melambat menjadi 2.8% pada 2024. Ekonomi Amerika Serikat (AS) dan India tetap kuat didukung konsumsi rumah tangga dan investasi. Ekonomi China juga diperkirakan akan melambat seiring dengan tetap lemahnya konsumsi rumah tangga dan investasi sebagai dampak lanjutan dari pelemahan kinerja sektor properti, serta terbatasnya stimulus fiskal. Penurunan inflasi di negara maju, termasuk AS, berlanjut, meski masih berada di atas sasaran, sementara inflasi Tiongkok menurun dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang melambat. Dengan penurunan laju inflasi, suku bunga acuan AS, Fed Fund Rate (FFR) sudah mencapai titik puncaknya dan siklus kenaikan suku bunga kebijakan moneter diprakirakan telah berakhir meskipun masih bertahan tinggi pada semester I 2024, dengan kemungkinan akan mulai menurun pada semester II 2024 kecuali diperlukan oleh the Fed untuk mempertahankan berdasarkan kondisi perekonomian AS. Deputi Gubernur BI Aida S Budiman menyampaikan jika ada dua putaran untuk pilpres tahun depan akan berdampak menambah 0.6% terhadap konsumsi. Dari faktor tersebut, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 di kisaran 4.7-5.5%.
Our Suggestion
Perlambatan inflasi dan indikator ekonomi telah menimbulkan optimisme di antara banyak pengamat bahwa Bank Sentral AS telah selesai dengan rezim kenaikan suku bunga. Perekonomian AS juga tetap kuat dan tampaknya tidak menjadi kekhawatiran seiring dengan akhirnya terlihatnya kejelasan dan sikap dovish dari The Fed mengenai Fed Fund Rate. Bank Indonesia memperkirakan bahwa the Fed akan menurunkan suku bunga acuan sebesar tiga kali, dengan masing-masing penurunan sebesar 25 basis poin. Inflasi tetap berada di bawah target Bank Indonesia dan mulai menurunkan suku bunga berdasarkan langkah The Fed selanjutnya. Kami melihat ini dapat menjadi peluang yang baik bagi negara berkembang termasuk Indonesia dimana saat ini memiliki fundamental ekonomi yang lebih baik dibandingkan Global termasuk AS, sehingga aliran modal asing dapat kembali mengalir ke pasar modal Indonesia. Reksa dana Saham dapat menjadi pilihan untuk mendapatkan eksposur ke sentimen ini dengan alokasi ke sektor-sektor yang sensitif terhadap berubahnya kebijakan suku bunga bank sentral global.
Kinerja Reksadana Saham Sinarmas Asset Management
DISCLAIMER
Materi ini diterbitkan oleh PT Sinarmas Asset Management, PT Sinarmas Asset Management telah diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Pendapat PT Sinarmas Asset Management, yang diperoleh dari sumber yang dianggap dapat dipercaya, namun PT Sinarmas Asset Management dan afiliasinya tidak dapat menjamin keakuratan dan kelengkapan atas informasi yang ada. PT Sinarmas Asset Management beserta karyawan dan afiliasinya, secara tegas menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas representasi atau jaminan, tersurat maupun tersirat di sini atau kelalaian dari atau atas kerugian apa pun yang diakibatkan dari penggunaan materi ini atau isinya atau sebaliknya. Pendapat yang diungkapkan dalam materi ini adalah pandangan kami saat ini dan dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.