Key Takeaways
- Inflasi dan Inflasi inti AS pada bulan November 2023 tercatat masing-masing sebesar 3.1% dan 4.0% YoY.
- Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menurun sebesar 6% MoM atau 8.9% YoY sejalan dengan harga minyak global.
- Ada juga kenaikan signifikan dalam pendapatan rata-rata per jam untuk semua karyawan dalam industri non-pertanian sebesar 0.4% MoM dan membawa pertumbuhan upah tahunan menjadi 4%.
Inflasi Utama di AS pada bulan November 2023 tercatat sesuai ekspektasi pasar dimana secara tahunan menurun sedikit sebesar 3.1% YoY dibanding bulan Oktober sebesar 3.2%. Meski begitu, inflasi bulanan naik sedikit sebesar 0.1% MoM. Harga kebutuhan yang mendasar seperti biaya-biaya sewa apartemen, makan di restoran, asuransi mobil, dan layanan lainnya terlihat masih menunjukkan kenaikan. Di sisi lain, inflasi inti yang tidak termasuk biaya pangan dan energi (sebagai indikator yang lebih baik untuk melihat laju inflasi karena cenderung fluktuatif) juga naik sedikit sebesar 0.3% MoM dibanding bulan sebelumnya sebesar 0.2% dan 4.0% YoY. Selain itu, Core Personal Consumption Expenditure (PCE) Index/“Indeks yang mengukur Pengeluaran Konsumsi Inti Pribadi yang tidak mencakup harga energi dan pangan yang cenderung fluktuatif berada di angka 3.5% YoY (per bulan Oktober 2023) juga menjadi acuan untuk melawan inflasi dalam negeri, karena bobot pengeluaran dalam PCE Index dapat berubah ketika masyarakat mengganti beberapa barang dan jasa dengan yang lainnya untuk konsumsi.
Salah satu kontributor terhadap penurunan inflasi secara kesuluruhan pada bulan November adalah harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menurun sebesar 6% MoM/8.9% YoY sejalan dengan penurunan harga minyak global. Kelompok pengeluaran makanan meningkat sebesar 0.2% MoM/2.9% YoY. Selain itu, kenaikan kelompok pengeluaran tempat tinggal, yang menyumbang lebih dari 70% dari total peningkatan inflasi inti selama satu tahun terakhir telah menurun pada bulan November menjadi 6.5% YoY dibandung puncaknya di atas 8% pada bulan Maret 2023. Biaya sewa naik 0.5% MoM/6.9% YoY. Ada juga beberapa tanda bahwa konsumen AS memiliki persepsi lebih baik terhadap keadaan perekonomian seiring dengan meredanya inflasi, meskipun mereka masih merasakan tekanan dari tingginya suku bunga untuk tagihan kartu kredit, kredit pinjaman kendaraan bermotor, dan kredit pinjaman perumahan.
Terakhir, Bureau of Labor Statistics melaporkan kenaikan signifikan dalam pendapatan rata-rata per jam untuk semua karyawan dalam industri non-pertanian sebesar 12 sen, atau 0.4% MoM pada bulan November 2023. Peningkatan ini membawa pertumbuhan upah tahunan menjadi 4%. Hal ini menunjukkan adanya dampak dari kenaikan biaya pangan di pasar global yang terhadap upah buruh AS di tengah masih rendahnya tingkat pengangguran di AS.
Our View
Inflasi AS telah menurun secara bertahap dari level tertinggi dalam 40 tahun terakhir sebesar 9.1% pada bulan Juni 2022. Angka-angka inflasi pada bulan November masih jauh di atas target The Fed sebesar 2%, namun ini menunjukkan kemajuan yang berkelanjutan untuk inflasi AS mencapai target tersebut. Para pengambil kebijakan Bank Sentral AS lebih fokus pada angka inflasi inti dan core PCE Index sebagai sinyal tren jangka panjang untuk penentuan kebijakan moneter termasuk suku bunga acuan. Beberapa ekonom memperkirakan laju kenaikan harga akan terus melambat dalam beberapa bulan mendatang dan inflasi akan terus turun mendekati target The Fed sebesar 2%. Konsumen Amerika mungkin akan terus merasakan kelegaan dalam bentuk melambatnya kenaikan harga untuk barang dan jasa dalam beberapa bulan mendatang. Selain itu, meskipun upah pekerja AS masih meningkat pada sebesar 4% YoY pada bulan lalu, angka tersebut sudah turun jauh dari puncaknya sebesar 6% hampir dua tahun lalu. Pertumbuhan upah yang lebih lambat akan mengurangi tekanan inflasi karena para perusahan tidak perlu menaikkan harga terlalu banyak untuk menutupi biaya tenaga kerja yang pada akhirnya juga berkontribusi terhadap penurunan inflasi di AS.
Our Suggestion
Perlambatan inflasi dan indikator ekonomi telah menimbulkan optimisme di antara banyak pengamat bahwa Bank Sentral AS telah selesai dengan rezim kenaikan suku bunga. Bank Sentral AS pada tanggal (13/12) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan pada level yang sama yaitu 5.50% sesuai ekspektasi pasar. Di sisi lain, proyeksi suku bunga dari the Fed setelah pertemuan Desember 2023 menunjukkan kemungkinan terjadinya pemangkasan suku bunga sebesar 75 basis poin. Delapan orang anggota the Fed mengantisipasi penurunan suku bunga akan lebih sedikit, sedangkan lima orang memperkirakan penurunan yang lebih dalam. Kami melihat ini dapat menjadi peluang yang baik bagi negara berkembang termasuk Indonesia dimana saat ini memiliki fundamental ekonomi yang lebih baik dibandingkan Global termasuk AS, sehingga aliran modal asing dapat kembali mengalir ke pasar modal Indonesia. Simas Saham Maksima dapat menjadi pilihan untuk mendapatkan eksposur ke sentimen ini dengan alokasi ke sektor-sektor yang sensitif terhadap berubahnya kebijakan suku bunga bank sentral global.
Simas Saham Maksima
*Kinerja masa lalu reksa dana, prediksi, proyeksi atau ramalan atas tren ekonomi atau pasar sekuritas tidak selalu menunjukkan masa depan atau kemungkinan kinerja reksa dana
DISCLAIMER
Materi ini diterbitkan oleh PT Sinarmas Asset Management, PT Sinarmas Asset Management telah diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Pendapat PT Sinarmas Asset Management, yang diperoleh dari sumber yang dianggap dapat dipercaya, namun PT Sinarmas Asset Management dan afiliasinya tidak dapat menjamin keakuratan dan kelengkapan atas informasi yang ada. PT Sinarmas Asset Management beserta karyawan dan afiliasinya, secara tegas menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas representasi atau jaminan, tersurat maupun tersirat di sini atau kelalaian dari atau atas kerugian apa pun yang diakibatkan dari penggunaan materi ini atau isinya atau sebaliknya. Pendapat yang diungkapkan dalam materi ini adalah pandangan kami saat ini dan dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.