PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI membukukan kelebihan permintaan (oversubscribed) sukuk mudharabah subordinasi jangka menengah sebanyak 1,75 kali dengan hasil book building Rp350 miliar. Hal tersebut disampaikan Direktur Treasury & International Banking BSI,Moh Adib di Jakarta, kemarin.
Dirinya menjelaskan, BSI menutup 2023 dengan melakukan penerbitan sukuk mudharabah subordinasi jangka menengah senilai Rp200 miliar melalui penawaran terbatas.”Meskipun dilakukan penawaran secara terbatas dan bersifat subordinasi, namun penerbitan sukuk BSI tersebut mendapatkan sambutan yang sangat baik dari para investor sehingga mengalami oversubscribed,” katanya.
Adib optimistis hal tersebut menunjukkan produk investasi yang dikeluarkan oleh BSI dalam bentuk sukuk subordinasi ini mendapatkan kepercayaan tinggi dari masyarakat. Sukuk subordinasi BSI mendapatkan peringkat id AA(sy) oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dengan nisbah bagi hasil kepada investor sebesar 88,50%.
Peringkat tersebut merupakan peringkat tertinggi untuk sukuk bersifat subordinasi, yang mana hasil peringkat tersebut berada dua notch di bawah peringkat perusahaan, id AAA(sy). Adapun BSI menerbitkan produk subordinasi tersebut untuk lebih memperkuat struktur permodalan dan meningkatkan aset produktif, sekaligus untuk pemenuhan kewajiban perseroan atas rencana pemulihan yang dimiliki setelah ditetapkan sebagai bank sistemik oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Penerbitan itu melengkapi serangkaian aktivitas perusahaan di pasar modal. Usai melakukan rights issue pada akhir 2022, perusahaan juga menerbitkan beberapa surat berharga pada 2023. Surat berharga tersebut di antaranya EBAS-SP SMF-BRIS 01 bersama dengan PT Sarana Multigriya Finansial, sukuk mudharabah muqayadah jangka panjang dalam rangka kerja sama BSI dengan BP Tapera sebagai bank penyalur, dan terakhir adalah sukuk mudharabah subordinasi jangka menengah.”BSI berkomitmen untuk terus mendorong perkembangan pasar modal syariah. Saat ini perusahaan terus menggali potensi lainnya, tidak terbatas pada penerbitan sukuk namun juga pada bisnis capital market lainnya,” ujar Adib.
Di kuartal tiga 2023, BRIS membukukan laba bersih Rp4,2 triliun atau naik 31,04% secara tahunan (year on year/yoy) dari periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp3,2 triliun. Direktur Utama BSI, Hery Gunardi pernah bilang, kinerja positif BRIS juga didorong oleh pendapatan berbasis komisi (fee based income) yang tumbuh 12,44%. “Pengendalian cost of fund di tantangan likuduitas yang mengetat, di mana suku bunga acuan meningkat, sehingga tentunya time deposit interest meningkat, tapi kita bisa menjaga kita punya cost of fund tetap mengalami pertumbuhan, tapi memang tidak sebesar di industri,” ujarnya.
Tak hanya itu, peningkatan laba tersebut sejalan dengan sisi pendapatan penyaluran dana yang menebal 15,09% yoy menjadi Rp17,17 triliun dari sebelumnya Rp14,92 triliun. Adapun, pendapatan setelah distribusi bagi hasil naik 6,95% menjadi Rp12,87 triliun pada September 2023. Pembiayaan BRIS pun tumbuh dobel digit sebesar 15,49% secara tahunan, di mana akhir September total pembiayaan tercatat Rp232 triliun.
Sumber: Emiten News