Saat kamu mau beli saham, tentu kamu ingin tahu dong, saham itu potensial untung atau tidak? Nah, ada dua cara populer untuk “membaca” atau “memprediksi” pergerakan harga saham yang penuh dinamika ini lho, bestie! Dua teknik ini dikenal dengan analisa fundamental dan analisa teknikal.
Ibarat dua lensa yang berbeda, kedua teknik ini punya pendekatan dan fokus yang unik dalam melihat prospek saham, apakah sehat atau tidak dan aman atau tidak, jika dijadikan tujuan investasi. Untuk memudahkan kamu dalam mengambil keputusan investasi, mari kita bahas satu per satu perbedaan kedua teknik ini!
Pertama, Analisa Fundamental: “Lihat isinya!”
Analisa fundamental ini semacam kacamata khusus buat investor yang mau paham betul soal perusahaan sebelum membeli sahamnya. Fokusnya pada kondisi keuangan, performa, hingga isu-isu ekonomi yang mungkin berdampak pada operasional perusahaan.
Investor yang menggunakan teknik ini biasanya ingin mengetahui nilai intrinsik saham perusahaan, sehingga dapat membandingkannya dengan harga saham saat ini untuk memutuskan: apakah saham tersebut undervalued (berharga murah) atau overvalued (berharga mahal).
Peter Lynch yang merupakan mutual fund manager legendaris di Amerika Serikat yang juga menerapkan analisis fundamental mengatakan:
“Jika kamu tidak memahami perbedaan antara EPS (Laba Per Saham) dan ROI (Return on Investment), maka kamu seharusnya tidak membeli saham sendiri.”
Dari pernyataan ini, Lynch menekankan pentingnya memahami dasar-dasar analisis fundamental sebelum berinvestasi.
Memahami fundamental perusahaan sebenarnya mudah, hanya saja terkadang bahasa dan penjelasannya terlalu rumit. Padahal analisa ini sangat penting bagi para investor, baik pemula maupun pengalaman, untuk lebih mengenal saham atau emiten yang menjadi tujuan investasinya.
Ada 2 (dua) pendekatan dalam menganalisa fundamental saham, antara lain:
1. Top-down
Analisis top-down dapat mengukur kondisi perusahaan melalui gambaran secara umum. Ada empat hal yang dianalisa, antara lain: kondisi makro global, kondisi makro dalam negeri, prospek pertumbuhan sektor, dan fundamental perusahaan. Kalau semuanya menunjukkan tanda positif, maka bisa dibilang saham perusahaan itu punya masa depan cerah.
2. Bottom-up
Analisis bottom-up tidak memperhatikan kondisi ekonomi dan siklus pasar secara umum, melainkan hanya fokus pada perusahaan yang ingin dibeli sahamnya dengan mengidentifikasi kinerja keuangan, produk atau layanan, serta kondisi persaingan dengan kompetitor yang berdampak pada kondisi perusahaan.
Kalau kamu nggak mau ribet dengan kondisi ekonomi global? Dengan pendekatan ini kamu bisa fokus aja langsung ke perusahaan yang pengen kamu incar. Lihat performa keuangannya, produk atau jasanya, dan bagaimana dia berhadapan sama kompetitor. Menurut teknik ini, meski industri lagi lesu, kalau perusahaan ini kuat, ya tetap aja bisa jadi juara di pasarnya.
Selanjutnya, ada beberapa komponen utama analisa fundamental meliputi:
1. Laporan keuangan
Analisa fundamental itu seperti detektif yang mencari bukti. Cocok banget buat kamu yang pengen investasi jangka panjang dan mau tahu detail pertumbuhan atau nilai saham dalam periode waktu tertentu. Analisa fundamental seperti halnya memeriksa isi dompet seseorang untuk menilai kekayaannya dan laporan keuangan ini semacam buku tabungan perusahaan. Di situ, kita bisa melihat semua catatan pendapatan dan pengeluarannya. Yang jadi bahan analisa biasanya meliputi laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas.
2. Rasio keuangan
Nah, kalau yang satu ini bisa dibilang semacam “rapor” perusahaan. Investor biasanya mengukur rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas untuk menilai performa suatu perusahaan. Rasio likuiditas mengukur pakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya, misal Current Ratio (Current Asset / Current Liability). Rasio solvabilitas mengukur sejauh mana aktiva perusahaan didanai oleh utang, misal Debt-to-Equity. Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan, misal Price-to-Earnings (P/E) dan Return on Equity (ROE).
3. Faktor industri
Sebelum terjun ke suatu industri, kita harus tau dulu dong, gimana suasana hati industri tersebut. Yup, ini ibarat memeriksa prakiraan cuaca sebelum beraktivitas. Kita perlu tahu apakah industri tersebut lagi naik daun atau malah sepi peminat. Hal-hal seperti tingkat persaingan, regulasi terbaru, atau tren industri yang sedang berlangsung bisa memberi gambaran bagaimana potensi saham di industri tersebut.
4. Faktor ekonomi makro
Ini seakan-akan kita memeriksa kesehatan lingkungan bisnis secara keseluruhan. Faktor-faktor seperti pertumbuhan ekonomi negara, tingkat inflasi, suku bunga memberikan gambaran tentang bagaimana kondisi ekonomi saat ini dan prediksi kedepannya. Hal ini penting karena perubahan di level makro bisa mempengaruhi kinerja perusahaan, meskipun perusahaan tersebut punya fundamental yang kuat.
Kedua, Analisa Teknikal: “Lihat polanya!”
Kamu mungkin sering mendengar istilah naik-turun, warna hijau atau warna merah, candlestick, tren, resistance, support, uptrend, downtrend, sideways, dan lain-lain yang berhubungan dengan dunia saham. Nah, semua hal itu termasuk dalam apa yang disebut analisa teknikal. Teknik ini intinya memeriksa data historis berupa pergerakan harga sebelumnya untuk memprediksi pergerakan harga di masa depan.
Berbeda dengan analisa fundamental yang mencoba memahami alasan di balik pergerakan harga, analisa teknikal merupakan ekspresi dari psikologis yang terjadi di antara investor atas segala sentimen yang terjadi di market. Para teknikalis percaya bahwa apapun yang terjadi di market sudah terefleksi pada pergerakan harga. Jadi, sederhananya: kalau fundamental itu seperti mengupas isi, teknikal itu seperti melihat gambaran luarnya. Mempelajari analisa teknikal menjadi penting bagi para investor, karena kita bisa cepat mengambil keputusan, membutuhkan waktu yang singkat untuk mengambil keputusan apakah suatu saham ini berpotensi menguat atau justru melemah, sehingga kedepannya hasil return portofolio kamu pun bisa lebih optimal.
Para trader jangka pendek atau swing trader biasanya lebih suka menggunakan analisa teknikal. Namun kamu yang investor jangka panjang jangan sedih, kamu juga penting untuk memantau pergerakan harganya. Pastikan saham incaran kamu bergerak di dalam trend naik, biasanya dipantau menggunakan weekly chart.
Salah satu trader legendaris, Jesse Livermore, pernah mengatakan:
“Harga saham biasanya bergerak sebelum beritanya keluar.”
Maksudnya, seringkali dari analisa teknikal kita sudah bisa dapat petunjuk, sebelum info fundamental muncul di publik.
Ada beberapa elemen kunci dalam analisa teknikal meliputi:
1. Chart patterns (Pola Grafik)
- Head and Shoulders: Pola ini mirip bentuk kepala dengan dua bahu di sisi kiri dan kanannya. ‘Kepala’ adalah puncak tertinggi, sementara ‘bahu’ adalah puncak yang lebih rendah di kedua sisinya. Pola ini sering dianggap sebagai tanda bahwa tren saat ini berpotensi akan segera berbalik.
- Double Top: Seperti namanya, pola ini memiliki dua puncak yang setara. Ini adalah sinyal bearish yang menunjukkan bahwa uptrend berpotensi segera berakhir dan berbalik menjadi downtrend.
- Triangle: Ada beberapa jenis pola segitiga, termasuk ascending, descending, dan symmetrical. Mereka mengindikasikan konsolidasi harga sebelum harga bergerak naik atau turun dengan signifikan.
2. Indikator
- Moving Averages (MA): Ini adalah rata-rata harga saham selama periode waktu tertentu, dan digunakan untuk mengidentifikasi tren harga. Ada beberapa jenis MA seperti Simple Moving Average (SMA) dan Exponential Moving Average (EMA).
- Relative Strength Index (RSI): Adalah osilator yang mengukur kecepatan dan perubahan pergerakan harga. RSI berkisar antara 0 hingga 100, dan seringkali, level di atas 70 dianggap overbought, sementara level di bawah 30 dianggap oversold. Investor biasanya mencari pola divergence, yang merupakan indikasi bahwa trend berpotensi reversal.
- Volume : adalah jumlah saham yang diperdagangkan dalam periode waktu tertentu. Volume tinggi biasanya menunjukkan kuatnya minat dalam saham tersebut, sedangkan volume rendah dapat mengindikasikan kurangnya minat atau periode konsolidasi.
3. Tingkat Support dan Resistance
- Support: Ini adalah harga ketika pembeli cenderung masuk dan mencegah harga turun lebih lanjut. Dengan kata lain, level ini dianggap sebagai “lantai” ketika harga saham cenderung memantul.
- Resistance: Ini adalah harga di mana penjual cenderung menjual saham, mencegahnya naik lebih lanjut. Ini dianggap sebagai “langit-langit” untuk harga saham.
Nah, sekarang pertanyaannya: kamu lebih suka yang mana, fundamental atau teknikal? Mau yang detail atau yang praktis? Banyak yang menggabungkan keduanya untuk hasil terbaik. Yang terpenting, selalu lakukan riset sebelum beli saham.
Ingat, baik analisis fundamental maupun teknikal punya plus-minusnya masing-masing. Kamu perlu melakukan keduanya, kemudian disesuaikan dengan tujuan investasi dan gaya trading yang cocok dengan risk profile kamu, maka hasilnya jadi lebih objektif dan rasio risk to reward portofolio kamu bisa lebih optimal
Belajar Analisis Fundamental dan Teknikal Bersama SimInvest
Untuk kamu yang penasaran bagaimana sih cara memahami dunia saham dengan lebih mendalam? Atau ingin tahu lebih lanjut tentang analisis fundamental dan teknikal dalam berinvestasi?
Kenalkan, SimInvest, aplikasi inovasi dari Sinarmas Sekuritas yang telah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Lebih dari sekadar aplikasi investasi saham dan reksa dana, SimInvest ingin berbagi pengetahuan melalui SimInvest Lab.
Di SimInvest Lab, kamu bisa menjelajahi berbagai video edukatif yang disusun khusus untuk membantu kamu mengenali dan memahami berbagai aspek investasi.